THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 02 Desember 2010

pameran terhebat

Sebuah pameran lukisan berkelompok dengan jumlah peserta terbanyak di Bali, bisa jadi baru kali ini terjadi. Kegiatan pameran yang diselenggarakan serangkaian HUT Ke-2 Bali TV dan berlangsung di Gedung Pers Bali K. Nadha, menyedot peserta 251 orang dan jumlah karya 501 lukisan. Kiranya tak berlebihan kalau kemudian Direktur Bali TV, Satria Naradha, mengklaim dalam kata sambutannya bahwa pameran ini merupakan pameran terhebat yang pernah dilakukan di Bali.
SEBUAH pameran lukisan kelompok biasanya menampilkan sejumlah karya dari beberapa orang pelukis. Bisa saja kelompok tersebut berupa sebuah sanggar yang satu sama lainnya sudah saling kenal. Ada juga kelompok dari beberapa pelukis yang sebenarnya tidak ada ikatan pertemanan, namun kebetulan memiliki visi yang sama. Sering juga terjadi karena adanya sponsor yang membiayai pameran tersebut yang kemudian mengundang peserta secara umum untuk bergabung.
Pameran dalam dunia pendidikan seni rupa dapat digolongkan atas dua, yaitu pameran komersial dan pameran prestasi. Dari sebutannya saja sudah dapat ditebak bahwa pameran komersial bertujuan semata-mata untuk meraih keuntungan finansial, seperti contohnya pameran dagang. Sementara untuk pameran prestasi lebih menonjolkan pada hasil yang telah dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu usaha atau bidang tertentu. Untuk pameran prestasi dalam bidang seni rupa dapat dicontohkan pameran tugas akhir atau pameran prestasi khusus yang biasa dilaksanakan di perguruan tinggi jurusan seni rupa untuk mahasiswa semester akhir.
Terlepas dari hal tersebut, menyaksikan pameran lukisan Bali TV 2004, orang dibuat terperangah. Seperti telah diketahui bahwa Bali TV yang bergerak di bidang jasa penyiaran, ternyata mampu menghimpun begitu banyak perupa. Dari perupa otodidak sampai dengan perupa akademis "tumplek-blek" di sana. Ini tentunya menjadi tonggak awal yang sangat menggembirakan, mengingat ruang untuk pameran nampaknya kurang representatif. Dan untuk langkah selanjutnya barangkali sudah harus mulai dipikirkan tentang masalah tempat ini, mengingat antusiasme para perupa dalam merespons ajakan Bali TV sangat luar biasa. Kalau hal ini bisa terpecahkan, maka tidak mustahil suatu hari nanti acara pameran semacam ini akan menjadi event yang sangat menarik dan dinanti-nantikan, bukan saja oleh para perupa, tetapi juga oleh para kolektor.
Agaknya, jumlah peserta pameran yang membludak mau tidak mau akan membuat pusing panitia. Hal ini bisa dilihat dari adanya pemecahan masalah dengan penyekatan ruang yang sedemikian rupa, agar semua karya peserta bisa terpajang. Pengalaman memang bisa menjadi guru yang sangat baik, yang mana selanjutnya bisa membuat kita lebih memahami arti dari sebuah pameran lukisan. Bahwa untuk kegiatan semacam ini, setidaknya harus ada kurator yang turut berperan. Ada orang yang mengerti tentang teknik penggantungan lukisan di dinding, teknik sirkulasi pengunjung, pencahayaan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pameran itu sendiri.
***
Dalam pameran lukisan Bali TV 2004, orang bisa menyaksikan karya seni rupa dua dimensi berupa lukisan, batik, dan karya grafis (cetak). Untuk jenis lukisan saja di sana bisa dilihat lukisan gaya Ubud, gaya Batuan, gaya Pengosekan, gaya Young Artist, gaya klasik Kamasan, sampai dengan gaya kontemporer. Itupun kemudian bisa dipilah-pilah lagi ke dalam wujud aliran ekpresionisme abstrak, naif, kubisme, realisme, naturalisme.
Mereka tampil dengan beragam tema dan teknik, serta dalam bidang kanvas yang ukurannya juga beragam. Ada beberapa karya yang terlihat sangat menonjol dalam pameran tersebut, untuk menyebut beberapa nama, di antaranya karya Pandi yang melukis realis dengan sangat bagus. Demikian pula Purwadi pada lukisannya yang berjudul "Nampeni", Agus Darma Putra ("Sebuah Kenangan Bom Bali), I Made Gunawan ("Kucingku"), Ida Ayu Ega ("Mimpiku"), I Wayan Andita ("Angel"), Westra ("Landscape"), dan Ni Luh Listya Wahyuni ("Upacara di Pura"). Munculnya beragam tema dan jenis lukisan dalam pameran ini tentu karena tiadanya pembatasan atau ketentuan dari panitia pameran tentang hal itu. Namun itu sebenarnya bukan sesuatu yang tabu, cuma pada akhirnya hal ini akan menyulitkan dalam hal penataannya. Oleh karenanya, di sini diperlukan orang yang memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap bidang seni lukis, sehingga nantinya persoalan tersebut bisa mendapat pemecahan yang baik. Tentunya ini juga akan bisa terlihat dari cara pemajangan, sehingga nantinya tidak akan terlihat adanya lukisan corak Ubud bersanding dengan lukisan kontemporer, misalnya. Atau bisa saja hal itu terjadi, namun dari dua lukisan yang berbeda itu setidaknya memiliki nuansa warna yang berdekatan, sehingga perbedaan itu masih bisa menciptakan harmoni dan melahirkan ritme yang lembut.
***
Pameran lukisan ini memang spektakuler. Bukan saja dari jumlah peserta dan karyanya, juga dari harga beberapa lukisan yang dipamerkan. Dalam era globalisasi ini, rasanya hal itu menjadi sah-sah saja, apalagi mengingat bahwa sebuah karya seni memang tidak bisa dinilai dengan uang. Harga lukisan Wayan Regug yang berjudul "Upacara di Sakenan" menjadi lukisan yang termahal dalam pameran tersebut. Harga lukisan berukuran 60 cm X 80 cm itu dipatok Rp 500 juta. Harga lukisan I Made Kaler ("Hyang Guru dan Kala") berukuran 27 cm X 39 cm diberi harga Rp 100 juta, lukisan berjudul "Kemenangan dalam Perdamaian" karya Ketut Samudrawan dihargakan Rp 90 juta, pelukis I Wayan Kaler yang menampilkan lukisan bercorak Young Artist berukuran 180 cm X 100 cm diberi label harga Rp 80 juta saja.
Terlepas dari beberapa kekurangan dari pameran kali ini, seperti adanya label data pelukis yang kosong, serta ada yang dicorat-coret dengan tujuan untuk perbaikan, dapat disimpulkan bahwa usaha Bali TV patut mendapat acungan jempol. Sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh Bali TV merupakan anugerah berupa kesempatan kepada pelukis-pelukis pemula untuk "merasakan" berpameran. Bagi seorang perupa pemula, hal ini sangat penting untuk instropeksi diri, untuk mengetahui tingkat kemampuan masing-masing. Mengingat untuk mewujudkan sebuah pameran dan mengkoordinir begitu banyak perupa dengan egonya masing-masing adalah sangat sulit,

0 komentar: